Setelah memenangkan pemilu Jerman, Friedrich Merz telah menyatakan bahwa dia bermaksud untuk mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk kunjungan dan memastikan kepulangannya tanpa menghadapi penangkapan di bawah surat perintah Pengadilan Kriminal Internasional.
Merz, yang memimpin Uni Demokratik Kristen, mengkritik gagasan bahwa seorang pemimpin Israel dapat ditahan di Jerman dan meyakinkan Netanyahu dalam panggilan telepon bahwa solusi akan ditemukan. ICC telah mengeluarkan surat perintah untuk Netanyahu dan mantan pejabat pertahanan Israel, bersama dengan para pemimpin Hamas, atas dugaan kejahatan perang di Gaza, menempatkan Jerman dalam dilema diplomatik.
Sementara Jerman sangat mendukung Israel karena tanggung jawab historisnya, Jerman juga merupakan pendukung kuat hukum internasional, membuat posisi Merz kontroversial. Para kritikus, termasuk partai Kiri, menuduhnya munafik, menunjukkan bahwa Jerman telah menegakkan surat perintah ICC untuk para pemimpin lain, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Untuk saat ini, masih harus dilihat bagaimana Merz menyeimbangkan diplomasi dengan kewajiban hukum.