Indonesia
Gamereactor
review
Call of the Sea

Call of the Sea

Kami bertualang ke tahun 1930-an untuk mencari suami yang hilang.

HQ
HQ

The Witness adalah salah satu game berkesan yang pernah saya rasakan dalam waktu lama. Puzzle yang ditawarkan di sini lebih adiktif daripada kopi dan rokok, dan saya menyukai game ini dengan cara yang agak tidak sehat. Saking tidak sehatnya, setengah otak saya mungkin mati karena tertekan untuk memecahkan tantangan puzzle dari Jonathan Blue tersebut. Namun, yang tidak dimiliki The Witness adalah cerita emosional dan kontemporer yang bisa diikuti. Sebagai respons atas hal itu, telah tersedia Call of the Sea dari Raw Fury yang kini tersedia di Xbox Game Pass. Memang, ia tidak menyajikan jumlah puzzle yang tidak masuk akal seperti The Witness, tetapi ada sebuah kisah yang menarik di sini... yang akan saya pilih jika saya dipaksa untuk memilih.

Call of the Sea

Norah sakit, sangat sakit. Penyakitnya menimbulkan titik-titik aneh di lengannya dan berhari-hari waktu di atas kasur, dan bisa dibilang bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Namun, mungkin ada sebuah jawaban tentang apa penyakit ini, atau mungkin ada obat di luar sana. Untuk itu, sang suami, Harry, pergi untuk mencarinya.

Ini adalah iklan:

Berminggu-minggu, bahkan bulan, telah berlalu. Surat-surat ke Norah tiba-tiba berhenti datang dari Harry, dan beberapa waktu kemudian sebuah paket datang. Isinya membuat ia dapat bepergian, meskipun dengan penyakit kronisnya yang parah, untuk mencari sang suami ke sebuah pulau di luar Tahiti. Dimulailah pencarian akan Harry dan obat atas penyakitnya.

Call of the Sea

Di pulau eksotis ini, Norah mengikuti jejak Harry dan kelompoknya. Pada umumnya di sini tugasmu adalah menguak misteri dari pulau ini dan melalui rintangan-rintangan yang menghadang berupa beragam puzzle yang tersedia. Pertama-tama, mereka relatif sederhana. Saya menyusun potongan-potongan dari foto yang telah sobek, menemukan kode-kode di alam dan menggunakannya sebagai kata sandi, sementara Norah bermonolog menceritakan hubungannya dengan Harry - bagaimana indahnya hubungan mereka berdua dan seberapa merindukannya ia atas suaminya itu. Saya terhanyut dalam kisah cinta ini, merasakan apa yang ia rasakan dan tersenyum ketika melihat kenangan-kenangan mereka. Ceritanya sendiri tidak begitu dalam, tetapi semuanya bekerja berkat akting suara dari Cissy Jones, yang kami kenal salah satunya dari Firewatch.

Dalam hal gaya permainan, Call of the Sea adalah Walking Simulator murni, namun salah satu yang bagus. Harus diakui, cara Norah berjalan begitu lambat cukup menyebalkan, tetapi di waktu yang sama menambahkan nilai pada suasananya. Desainnya sangat berwarna, ceria, dan mendetail. Sebagai review game Xbox Series X pertama saya, saya sangat senang dengan visual yang disajikan oleh Raw Fury. Memainkan ini setelah sebuah akhir pekan yang panjang bersama Cyberpunk 2077 adalah sebuah kesenangan tersendiri, hampir seperti ketenangan nirwana untuk mata saya berkat visual halus dan atmosfer tenang yang disajikan.

Ini adalah iklan:
Call of the Sea

Untuk puzzle-nya sendiri, saya terdorong untuk menyelesaikannya dengan cepat dan mengetahui lebih banyak tentang ceritanya, dan untuk sebagian besar saya menyukai apa yang ditawarkan. Tingkat kesulitannya meningkat seiring waktu, tentunya, dan ketika saya harus menyetel organ atau menggabungkan simbol-simbol asing ke dalam kata-kata baru, mental saya hampir menyerah. Terikat dengan sesuatu di dalam game, lalu berhenti karena frustrasi dan kembali di hari berikutnya dengan menyiapkan kesabaran lalu menghajar teka-tekinya dengan baik merupakan sebuah perasaan yang luar biasa. Hal itu mengingatkan saya kepada kenangan di tahun 90-an dan 2000-an ketika seorang bocah tertahan selama berminggu-minggu di puzzle-puzzle Prince of Persia dan Final Fantasy X, sebagai contoh. Sejujurnya, saya sedikit kesal ketika tantangan utama Call of the Sea terstruktur sedimikian rupa sehingga kamu harus berjalan (dengan pelan, ingat itu!) bolak-balik antara lokasi-lokasi petunjuk yang tersebar. Namun, secara keseluruhan, puzzle di Call of the Sea menghibur, bagus, dan dalam beberapa kasus sangat sulit.

Call of the Sea

Jadi, setelah delapan jam, di mana banyak waktu dihabiskan untuk menyelesaikan dua puzzle besar, saya berhasil membawa Norah ke akhir dan melihat kredit gamenya bergulir. Saya pun diganjar oleh sebuah akhir yang hebat dan emosional. Teks-teks Lovecraft menjadi sumber inspirasi yang bagus di sini, tetapi bukan bagian yang kelam dan mendebarkan. Raw Fury menyajikan interpretasi yang lebih ceria dan hal itu cocok dengan misteri kehidupan yang dijalani sang karakter utama. Terkadang komunikasi antar anggota ekspedisi yang Norah ikuti terasa hambar karena hal itu tersampaikan via catatan-catatan tertinggal yang ia temukan. Lalu terkadang nada dari sulih suaranya tidak cocok dengan kondisi yang sedang cemas dan takut di tengah-tengah ketidakpastian yang Norah rasakan.

Hal ini membuat suasana hati saya sedikit menurun, tetapi di waktu yang sama tidak membuat Call of the Sea menjadi sebuah game buruk. Rasa penasaran dan keinginan untuk melanjutkan perjalanan sangat jelas terasa, sehingga saya hampir lari dari pekerjaan saya di galangan kapal Gothenburg untuk memainkannya, untuk akhirnya mendapatkan jawaban atas apa yang Harry pikirkan minggu itu di Tahiti, dan akhirnya menulis review ini.

Call of the Sea
HQ
08 Gamereactor Indonesia
8 / 10
+
Kisah emosional dengan akhir yang bagus. Puzzle yang sulit. Desain indah. Akting suara yang secara umum baik.
-
Kecepatan berjalan terlalu lambat. Nada dari sulih suara tidak selalu cocok dengan situasi.
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait

0
Call of the SeaScore

Call of the Sea

REVIEW. Ditulis oleh André Wigert

Kami bertualang ke tahun 1930-an untuk mencari suami yang hilang.



Loading next content