Life is Strange 2: kisah persaudaraan yang begitu menggigit

Game petualangan episodik Life is Strange mengajak pemain di semua penjuru dunia bertekad memecahkan kasus orang hilang sekaligus mengajarkan pentingnya persahabatan, kesulitan berusia muda, dan bahaya yang mengintai dari tempat-tempat yang tidak disangka. Game ini juga berhasil mengukuhkan posisi developer Dontnod melalui cerita yang lebih berat dari dugaan dan pesan yang mengenyuh, terlebih karena tim pengembang dapat membahas topik-topik tersebut dengan pendekatan realisme yang mencekam, namun sekaligus menjaga suasananya tetap cukup ringan sehingga pemain tahan memainkannya.

Life is Strange 2 mengikuti jejak pendahulunya. Walau mengangkat tema yang berbeda, ia tetap berfokus pada aspek naratif yang tidak terlupakan bagi pemain. Life is Strange 2 berkisah tentang Sean dan Daniel, sepasang saudara yang harus menghadapi berbagai kesulitan setelah ayah mereka dibunuh oleh seorang polisi yang menggunakan kekerasan berlebih setelah percekcokan kecil antara kakak-beradik tersebut dan seorang perisak di depan rumah mereka. Kisah Sean dan Daniel membawa mereka ke perjalanan sulit meninggalkan rumah mereka karena suatu alasan dan mencari perlindungan di sebuah kota di Meksiko tempat ayah mereka tumbuh besar, karena sang ibu tidak ada di hidup mereka sejak dulu. Perjalanan ini diperumit karena Daniel, sang adik, mendapatkan kekuatan telekinesis yang mendadak bangkit. Walau kemampuan ini tidak dapat dikendalikan pada kondisi stres, kemampuan ini pula yang membantu mereka berdua sepanjang petualangan.

Pemain mengikuti sepasang saudara ini melalui berbagai keadaan yang akan menguji atau memperkukuh hubungan mereka tergantung keputusan yang diambil, namun bersiaplah menghadapi konsekuensi kecil maupun besar dari keputusan-keputusan tersebut. Dontnod amat berhasil membuat dua kakak beradik yang terasa nyata. Mereka juga patut mendapat pujian untuk karakter Sean — karakter yang dikendalikan pemain — yang diperankan secara otentik. Sean dapat berkembang menjadi individu yang berbeda tergantung pilihan pemain sepanjang jalan, tetapi satu tujuan utamanya tidak akan berubah: menjaga agar adiknya selamat dalam perjalanan menuju Meksiko, baik dengan mencari perlindungan di musim dingin, mendapat makanan dengan segara cara, atau sekadar memberikan tempat bersandar saat kondisi sulit.

Life is Strange 2, seperti game sebelumnya, berfokus pada gameplay sebab-akibat dan eksplorasi yang simpel baik pada dialog maupun lingkungan. Pemain akan mengunjungi berbagai lokasi sebagai Sean yang menuntun adiknya Daniel melalui dilema moral maupun pragmatis melalui dialog dan pilihan berdasarkan lingkungan yang ditemui sepanjang lima episode game ini. Masing-masing episode mengangkat musim yang berbeda dengan masalah utama yang berbeda pula. Di permulaan game, fokus utama pemain adalah menjaga keselamatan Daniel sepanjang jalan, membangun hubungan antarsaudara sembari menjaga emosi Daniel stabil untuk menghindari pertumpahan darah yang dapat terjadi karena kemampuan dahsyatnya. Pemain juga akan singgah di kota yang berbeda-beda, menghadapi ancaman menggelandang, dan bertemu beragam orang selama perjalanan — dan beberapa keputusan yang harus dibuat akan menghasilkan akibat yang berat kelak.

Selagi pasangan penyendiri Sean dan Daniel membangun hubungan dengan karakter-karakter lain, Sean dapat kehilangan kepercayaan atau rasa hormat dari Daniel sebagai pria muda yang independen namun mudah terpengaruhi. Berurusan dengan topik rasisme, seksualitas, menggelandang, dan identitas menjadi lebih sulit dengan seorang adik yang harus diperhatikan. Pemain juga harus memilih siapa orang-orang yang dapat dipercaya selama perjalanan, karena Sean dan Daniel ada di daftar pencarian polisi.

Game ini, seperti disebutkan sebelumnya, berani membahas topik-topik tabu seperti radikalisme agama dan kultus, rasisme, kehilangan, loyalitas, tanggung jawab (pribadi maupun sebagai orang tua), dan persahabatan — beberapa momen begitu efektif hingga terus terbayang-bayang setelah kami menaruh kontroler, menghantui pikiran kami selama berbulan-bulan saat menunggu episode berikutnya keluar. Seorang karakter ibu yang muncul di tengah cerita mengakui keputusannya meninggalkan keluarganya; seorang bocah penyendiri menjadi korban penyerangan rasial; pasangan sejoli harus menghadapi kenyataan hidup sebagai bagian dari sebuah kultus. Life is Strange 2 penuh dengan adegan-adegan mengejutkan, tetapi game ini sesungguhnya lebih bertujuan membahas isu-isu sosial yang nyata di masyarakat dibandingkan mengeksploitasi tema-tema berat sekadar demi shock value. Semua pembahasan dilakukan dengan sensitif.

Walau gameplay tetap sama di seluruh episode dengan keputusan yang harus diambil, puzzle untuk dipecahkan, dan kekuatan yang harus digunakan selagi musim berganti, tetapi cerita Life is Strange 2 terkadang terasa melambat di beberapa bagian, tetapi tidak mengganggu keseluruhan keberjalanan cerita. Kami begitu terbuai oleh kisah yang disampaikan hingga mendengar Sean mengomentari hal-hal di sekitarnya pun menjadi menarik, menjadikan pencarian collectible tetap menyenangkan. Terlebih lagi, para pemain Life is Strange bisa menemukan hal-hal yang mereferensi game sebelumnya dan bahkan seseorang yang kita kenal.

Sebagai kesimpulan, Life is Strange 2 menunjukkan hubungan saudara secara sangat baik dan berhasil merengkuh perasaan yang tidak disangka-sangka dari pemain. Game ini merayakan kemanusiaan dan merutuk ketidakadlian dan prasangka melalui sajian yang berat namun juga menyejukkan, dilengkapi kritik sosial yang menggigit. Game ini tidak saja ditulis secara fenomenal — episode terakhirnya dapat membuka pikiran. Life is Strange 2 menghantam pemain berkali-kali di bagian paling sakit, tetapi penyajian cerita yang tanpa ampun ini tetap berhasil membuat pemain terus ingin bertahan hingga akhir.