Indonesia
Gamereactor
berita

Google umumkan layanan streaming game, Google Stadia

Stadia adalah sistem berbasis streaming yang menggunakan pusat data global untuk menghadirkan gaming berkualitas tinggi ke berbagai perangkat, dan akan hadir tahun ini.

HQ
HQ

Inilah hari yang kita tunggu-tunggu, di mana Google telah mengumumkan apa yang mereka sebut sebagai "masa depan gaming" pada keynote mereka di Game Developers Conference. Antisipasi pun begitu besar menunggu-nunggu saat ini.

Dengan sederetan personil besar yang digandeng oleh perusahaan ini dalam beberapa minggu terakhir, seperti pengumuman Jade Raymond sebagai VP dan orang-orang seperti Amy Hennig, Crystal Dinamics, Raph Koster, id Software, dan Ubisoft bergabung dengan mereka di San Francisco. Ini membuktikan bahwa Google tak main-main dan akhirnya mereka pun bisa dibilang berhasil menyajikannya, yaitu sebuah layanan streaming untuk game.

HQ

CEO Google Sundar Pichai membuka presentasi dengan membicarakan tentang peningkatan teknis yang telah dicapai Google, termasuk pengujian Project Stream tahun lalu. Mereka telah berusaha untuk membawa game seperti Assassin's Creed: Odyssey dengan grafis tingkat tinggi ke jaringan dengan latensi rendah. Hal ini melibatkan infrastruktur cloud dan jaringan yang mencapai lebih dari 200 negara sebagai sebuah platform terbuka.

Google menegaskan keinginan mereka untuk "membangun sebuah platform game untuk semua", menghubungkan game, penonton, dan developer; membangun "sebuah tempat" untuk semua pilar ini bisa terkoneksi. Di sinilah Google Stadia masuk, platform yang diumumkan oleh Phil Harrison. Project Stream pada Oktober lalu merupakan salah satu bagian dari ini, dan CEO Ubisoft Yves Guillemot bahkan hadir di barisan penonton untuk merayakan kerja sama antara perusahaan mereka.

Odyssey digunakan sekali lagi sebagai contoh bagaimana game dapat dimainkan di platform manapun. Katakanlah kamu melihat trailer resminya di saluran YouTube Ubisoft - kamu lalu bisa mengeklik tombol 'play now' dan langsung masuk ke dalam game dalam lima detik tanpa harus mengunduh, ujar Harrison. Hal ini karena terdapat basis kode tunggal di berbagai perangkat, mulai desktop hingga laptop, TV, tablet, dan ponsel. Ia lalu menunjukkan gamenya berjalan dengan mulus di berbagai perangkat ini, mulai dari sebuah ponsel hingga TV menggunakan streamer Chromecast Ultra HDMI. Semuanya memulai game persis dari momen terakhir di perangkat lain.

Dalam hal controller, kamu bisa menggunakan sebuah mouse dan keyboard atau controller USB milikmu sendiri, tapi terdapat sebuah Stadia Controller tersendiri yang turut diumumkan. Controller ini tersedia dalam beberapa warna dan bisa kamu lihat wujudnya di bawah ini. Perangkat ini tersambung langsung ke game yang berjalan di pusat data melalui WiFi dan memiliki tombol capture untuk berbagi dan menyimpan di YouTube. Lalu ada pula tombol Google Assistant, yang memberikan akses langsung ke mic built-in.

Google umumkan layanan streaming game, Google Stadia

VP of Project Stream Majd Bakar lalu naik ke atas panggung untuk menjelaskan teknologinya, terutama kekuatan komputasi yang berada di belakang arsitektur Stadia. Sambungan serat fiber dan kabel bawah laut antarpusat data membantu konektivitas dan terdapat banyak titik-titik perbatasan membawa kekuatan itu lebih dekat ke pemain, sejumlah 7.500 di seluruh dunia.

Pengujian telah berjalan secara internal di Google. Project Stream sendiri pada Oktober lalu mencapai 1080p dan 60 fps. Namun, pada peluncuran nanti, diharapkan bisa mencapai 4K dan 60 fps plus HDR dan surround sound, dengan potensi 120 fps dan 8K ke depannya. Kamu bisa membagikan langsung dari pusat data ke YouTube pada 4K dan 60 fps pula.

Bakar juga mengungkapkan bahwa AMD telah bekerja sama dengan Google untuk membuat GPU kustom untuk memperkuat Stadia. GPU ini menyediakan kekuatan 10,7 teraflops, yang lebih dari gabungan antara kompetitor terdekat mereka, yaitu Xbox One X dan PS4 Pro (6 untuk Xbox One X, 4,2 untuk Pro). Google telah bekerja sama dengan Unreal, Unity, Havok, CyrEngine, dan Simpygon, dan lainnya untuk teknologi ini. Dijelaskan pula bahwa kamu bisa mengembangkannya di cloud dan Google menjanjikan sebuah lingkungan pengembangan yang fleksibel.

Google umumkan layanan streaming game, Google Stadia

Marty Stratton dari id Software bergabung ke atas panggung untuk mengumumkan bahwa, karena Doom 2016 dibangun dengan Vulkan API, membuat pengerjaan Doom Eternal untuk Stadia hanya membutuhkan waktu sebentar. Berjalan di sebuah GPU Stadia, ia berhasil berjalan dengan mulus di 4K dan 60 fps yang kamu harapkan untuk seri ini.

Tapi hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa game bisa menggunakan lebih dari satu GPU dalam sekali waktu, dengan contoh sebuah uji teknologi real-time yang menunjukkan simulasi air berkualitas tinggi. Tak ada traffic yang terekspos ke internet publik, jadi ia memiliki latensi rendah dan keandalan yang baik di setiap waktu, termasuk elemen fisika yang lebih liar dan mungkin lebih banyak pemain di sebuah pertandingan battle royale. Harrison juga menjanjikan "tak ada cheating dan hacking", begitu juga Google akan merangkul "full cross-platform play" dan cross-progression.

Erin Hoffman-John dari Google lalu ke atas panggung untuk menjelaskan beberapa fitur lain dari Stadia, termasuk multiplayer berperforma tinggi. Ia menggunakan contoh dari split-screen yang semakin ketinggalan zaman beberapa tahun terakhir ini karena tenaga ekstra yang dibutuhkannya. Namun, dengan Stadia layar tambahan bisa ditambahkan.

Chiarwoman Tequila Works Luz Sancho lalu hadir untuk menjelaskan bagaimana siklus pengembangan 24 bulan yang berisi pemolesan dalam hal gaya seni. Hoffman-John lalu memperkenalkan sebuah fitur bernama Style Transfer ML, yang mengaplikasikan machine learning dalam visualisasi seni. Demo ini mengambil sebuah model abu-abu dan memberikan sebuah gambar padanya, dan pada suatu titik sistem itu membangun game dengan gaya berdasarkan itu. Timnya pun telah menguji ratusan gaya seni.

Presiden Q-Games Dulan Cuthbert lalu membantu memperkenalkan State Share, di mana developer bisa menggunakan world state, posisi pemain, item, dan properti lainnya untuk dikodekan ke dalam sebuah tautan dan membuat momen tertentu bisa dibagikan kepada pemain untuk dilanjutkan. Studio ini sedang membangun sebuah game rahasia, yang terbesar yang pernah mereka kerjakan, dan dibangun dengan sistem ini.

Lalu datanglah Ryan Wyatt, head of gaming di YouTube, bersama kreator konten MatPat. Keduanya hadir sebagai perwakilan dari pilar yang berfokus pada kreator yang bisa menyiarkan dan merekam langsung dari Stadia. Crowd Play merupakan sebuah fitur yang memungkinkan penggemar terhubung secara langsung, di mana sebuah tombol di stream memungkinkan kamu untuk mengantre mengikuti game yang dimainkan oleh sang kreator.

Berbicara tentang YouTube, jika kamu terjebak dalam sebuah game (Harrison menggunakan Rise of the Tomb Raider sebagai contoh), kamu bisa menekan sebuah tombol untuk mendapatkan walkthrough untuk titik tersebut tanpa harus menghentikan game, menghadirkan bantuan secara mulus.

Stadia akan memiliki kontrol orang tua. Dari segi perangkat keras, ia telah dikirimkan ke lebih dari seratus studio dan lebih dari 1.000 kreatif, tapi itu belum semuanya. Jade Raymond pun hadir ke atas panggung, yang mengumumkan bahwa ia adalah kepala dari studio pihak pertama untuk Stadia Games and Entertainment. Mereka akan mengerjakan proyek-proyek, tapi ia juga mengatakan akan bekerja dengan developer luar juga untuk menghadirkan teknologi ini ke studio-studio partner.

Untuk peluncurannya, Stadia akan hadir tahun ini di Inggris Raya, Kanada, AS, dan sebagian besar Eropa terlebih dahulu. Harrison pun menjanjikan kita akan mendapatkan lebih banyak detail, termasuk game-game, pertengahan tahun ini, jadi mungkin saja di E3.

Apakah ini sesuai dengan harapanmu?

HQ
Google umumkan layanan streaming game, Google Stadia


Loading next content